RSS

Tag Archives: Mentari

Siapa yang mau pake Pita?

Dari kemaren” pengen banget potong rambut, tapi pas ke Bandung kemarin ga sempet. Hari ini udah stand by di salah satu barber shop di Sumedang. Sudah ngantri 2 orang padahal, tapi entah – hati ga ngasih.. Alhasil pulang lagi ke kosan.. Beberapa faktor penyebab: yang ngantri anak” kebanyakan, yang motongnya cuma 1 orang, dan dari 2 yang terlewati orang itu gaya potongnya gitu semua, dan ada poster 2am dengan 5 personil.. dan 2pm dengan 7 personil. Itu poster jaman kapan? *ga penting :p

Rambut. mahkota perempuan, katanya. Tapi kalo untuk saya, rambut juga penting keberadaannya. Bad hair day bisa bikin bad day seharian. Teka, salah satu sahabat saya di sma+kampus bilang, kalo rambut saya udah ketebelan, kaya topi, hoho.. Pernah punya hasrat ingin tatanan ‘spike’, tapi tipe rambut saya jatoh + pake helm mulu, jadi paling banter acak ditipisin dikit, katanya sih ‘molet’ – semi mohawk, but I don’t know the name for sure :’)

Read the rest of this entry »

 
Leave a comment

Posted by on September 16, 2012 in Flame of Mentari, Flame of Thought

 

Tags: ,

Mutiara Windiyani Nugraha: is Leaving vs to be Leaved

“Everybody has to leave, everybody has to leave their home and come back so they can love it again for all new reasons.” – Donald Miller

Meninggalkan – Ditinggalkan. Sebagian orang berpikir orang yang paling menderita itu adalah orang yang ditinggalkan. I was thinking about the same also. But after a while, especially after  I took a past as “someone who is leaving”, kerasa – meninggalkan itu engga enak :’). Read the rest of this entry »

 
Leave a comment

Posted by on September 5, 2012 in Flame of Mentari, Flame of Thought

 

Tags: ,

Pure and Simple ;)

Bukan lagunya HearSay yang sempet nge-pop di tahun 2001 sebagai one hit wonder pemenang PopStar UK, just a share about today’s experience :).

Today was 1st day at school. Really missed them all, with their laugh, their hugs, their smiles :).

Banyak yang mempertanyakan, ko mau”nya ngurus anak kecil? Pengalaman, ketika mengajar SMP ataupun SMA, bahkan kuliah, beberapa masih menggunakan topengnya untuk bersikap manis di depan, namun di belakang entahlah.. They will say things which make me happy, but I don’t know it is good or bad for myself. Penilaian anak SMP, SMA, kuliah kebanyakan sudah terkontiminasi dengan berbagai kepentingan, ketika sebuah kebijakan dilakukan dan diperkenalkan, mereka akan bertindak sebagaimana ‘kebanyakan orang melakukannya’. Ketika mostly agree, they will agree, when mostly no, so they will. But I do believe not all of them, several still have their pure hearts :).

Namun ketika bertemu anak-anak, kepentingan apa yang mereka miliki? Justru bergabung dengan dunia anak, mereka lah guru bagi saya. Saya yang jauh banyak belajar dari mereka dibanding apa yang dapat saya berikan bagi mereka. Anak-anak, dengan kepolosannya, celotehan kecil yang dilakukannya memberikan pembelajaran yang jujur, yang mungkin orang dewasa tidak berani mengatakannya.

Hari ini…

“takut belajar sama Mr. Opik soalnya Mr. Opiknya suka marah”

Memori ini pun lari ke beberapa masa ke belakang, ketika ada beberapa guru yang berhalangan masuk, beberapa pekerja sekolah berhalangan hadir, cukup banyak deadlines yang tertunda, untuk “segera” menertibkan situasi, saya ajak mereka untuk duduk melingkar dan berbicara dengan nada datar tanpa ekspresi (ini pun membutuhkan usaha ekstra untuk dapat menahan amarah). Nada datar yang selama ini belum pernah mereka temukan sebelumnya disampaikan oleh seorang Mr. Opik. Dan ternyata hal ini yang harus saya bayar, membangun kembali kepercayaan yang sedikit ‘terkontiminasi’ oleh nila setitik karena tidak dapat me-manage emosi.

Seorang kakak pernah bilang, “Pik, kamu belum siap dibenci sama anak, dan pun itu kebawa di kampus”. Hoho.. Iya sih.. Saya ga bisa dibenci oleh anak” Preschool saya, karena mereka dunia saya.. :).

Lalu, kalau memang sudah menyadari kepolosan+kejujuran aga sulit didapatkan di kampus, kenapa mau jadi dosen? Awalnya ga kepikiran sama sekali jadi dosen, berhubungan bersama orang” yang sudah dewasa, bahkan ada beberapa yang jauh lebih dewasa (secara usia :p), wuiii…Namun ternyata ada dunia baru di sini. Tuntutan lebih kepada diri saya sendiri untuk lebih banyak membaca, untuk lebih banyak belajar,  untuk lebih memiliki kualitas diri. Apalagi ketika ada sebuah sebuah bekalyang dapat di-sharing bersama mereka, beberapa prinsip hidup yang dapat dijadikan bekal sebelum mereka bertemu dengan dunia kerja sebenarnya yang ‘sedikit’ kejam, dan tentunya – kebahagiaan yang dapat diraih ketika apa yang sudah optimal kita coba sampaikan memang bermakna bagi mereka.. Dan ternyata proses ini sangat menyenangkan :).

So, here I am, someone who loves learning… 🙂

This slideshow requires JavaScript.

aug, 29 2012, 10:15 pm

 
Leave a comment

Posted by on August 29, 2012 in Flame of Mentari, Flame of Thought

 

Tags: , ,